Museum Kapal Samudra Raksa merupakan museum tentang sejarah kemaritiman Nusantara yang terletak di komplek area Taman Wisata Candi Borobudur dan diresmikan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI Prof. Dr. Alwi Shihab pada 31 Agustus 2005. Museum ini adalah sebuah upaya pengembangan yang kreatif dan inovatif dengan misi mencerdaskan bangsa melalui visualisasi sejarah kemaritiman Nusantara. Museum ini berisi Kapal Samudra Raksa, koleksi benda-benda bersejarah dan video dokumentasi ekspedisi Samudra Raksa. Pada Agustus 2018, Museum Kapal Samudra Raksa menambah wahana baru yaitu Sinema Interaktif Petualangan Raka yang menggunakan teknologi digital berupa animasi tiga dimensi yang diputar pada layar LED.
Kapal Samudra Raksa yang terdapat di museum merupakan replika kapal dari salah satu relief Candi Borobudur yaitu relief Jataka-Avadana panil 86 dengan gambar kapal yang telah dilengkapi dengan layar dan cadik sebagai penyeimbang kapal sekaligus penahan ombak. Nama “Samudra Raksa” diberikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 2003 Megawati Sukarnoputri yang berarti “Penjaga Lautan.”
Pembuatan kapal digagas oleh seorang mantan prajurit angkatan laut Kerajaan Inggris bernama Phillip Beale, yang pada tahun 1982 berkunjung ke Candi Borobudur. Dalam kunjungan tersebut dia menemukan relief berbentuk kapal dan berniat untuk merekonstruksi. Pada tahun 2002, bekerjasama dengan pemerintah Indonesia khususnya Departemen Kebudayaan dan Pariwisasta, dibentuklah tim untuk membuat kapal ini. Dibantu oleh Nick Burningham, arkeolog asal Australia, dan As’ad Abdullah, pembuat kapal Samudra Raksa yang berasal dari Pulau Kangean Jawa Timur, Kapal Samudra Raksa berhasil dibuat.
Proses pembuatan kapal memakan waktu kurang lebih selama enam bulan. Setelah kapal selesai dibuat, dilakukan uji coba pelayaran pertama dari Tanjung Benoa Bali melewati Surabaya menuju Pelabuhan Ancol. Hasil dari uji coba menyatakan bahwa Kapal Samudra Raksa layak untuk berlayar di lautan. Pada tanggal 15 Agustus 2003, Kapal Samudra Raksa melakukan ekspedisi (napak tilas) rute perdagangan kayu manis dari Ancol kota Jakarta menuju Pelabuhan Tema, Accra, Ghana, Afrika Barat yang memakan waktu kurang lebih 6 bulan hingga 23 Februari 2004. Ekspedisi ini dilepas langsung oleh Ibu Megawati Sukarnoputri. Kapal Samudra Raksa melakukan ekspedisi dengan rute jalur perdagangan rempah pada abad ke-8 dengan nama Jalur Kayu Manis.
Ekspedisi Kapal Samudra Raksa dinahkodai oleh seorang Kapten Laut (P) TNI Angkatan Laut Republik Indonesia I Gusti Putu Ngurah Sedana dengan awak kapal sebanyak 27 orang yang berasal dari berbagai negara. Dikarenakan daya tampung kapal ini hanya 16 orang, awak kapal naik secara bergantian di setiap titik transit.
Di pertengahan tahun 2018 tepatnya bulan Juni, pengunjung museum dapat menyaksikan wahana baru yang berisi edukasi dan hiburan yang menceritakan sejarah kemaritiman Nusantara dimulai dari abad VIII sampai saat ini. Sejarah kemaritiman di museum ini dikemas dalam bentuk sinema interaktif berupa teknologi digital dengan lantai dan layar LED sepanjang 115 meter. Wahana ini efektif untuk mengenalkan sejarah kemaritiman Nusantara kepada masyarakat luas khususnya keluarga karena dibuat menggunakan animasi yang menarik dan interaktif. Dalam sinema ini juga terdapat karakter fiktif bernama Raka yang akan mengajak pengunjung untuk melintasi ruang dan waktu melihat perjalanan kemaritiman Nusantara.