Restorasi Prambanan Pasca Gempa Jogja 2006

November 21, 2017 / Artikel

Pada tanggal 27 Mei 2006, pukul 05.55, Yogyakarta dan beberapa wilayah Klaten (Jawa Tengah) mengalami gempa bumi yang sangat dahsyat dengan skala 5,9 skala Richter sekitar satu menit. Gempa ini memiliki dampak yang dahsyat, bahkan mengakibatkan 6000 orang terbunuh oleh bencana ini. Bukan saja para korban jatuh, tapi juga banyak bangunan rusak parah dan jalanan terbelah. Bangunan bersejarah juga tidak luput dari bencana ini, seperti Istana Sultan dan beberapa benteng peninggalan Belanda mengalami kerusakan parah. Begitu juga dengan Candi Prambanan yang mengalami kerusakan tidak hanya dari bahannya tapi juga secara struktural.
Prambanan yang merupakan salah satu warisan budaya dunia dan menjadi daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara, mendapat perhatian khusus untuk menyelamatkan bangunan Candi Prambanan. Berbagai ahli dari berbagai kalangan, seperti arkeolog, teknik sipil, geologi, dan geofisika berkumpul untuk meneliti berapa banyak kerusakan yang terjadi di Candi Prambanan. Berbagai teknik dan metode yang digunakan dalam penelitian ini dan menunjukkan kerusakan yang terjadi. Beberapa kerusakan seperti penurunan, pergeseran serta retakan yang terjadi secara vertikal atau horizontal di beberapa bagian Candi Prambanan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan penyebab kerusakan ini terlepas dari getaran dan gerakan yang terjadi saat gempa, namun juga disebabkan oleh penggunaan metode restorasi yang diindikasikan kurang tepat dengan daerah Prambanan.

Pemulihan lebih lanjut dilakukan oleh pemerintah Indonesia bekerjasama dengan beberapa anggota UNESCO. Langkah pertama adalah mengumpulkan data, katalog, dan mengumpulkan bagian-bagian candi yang jatuh dan rusak. Rencana restorasi lebih lanjut dilakukan berdasarkan hasil pengamatan multidisipliner dari para ahli. Kemudian setelah semua perencanaan selesai, para pekerja mulai memperbaiki, memperkuat blok batu yang rusak, dan mengembalikan batu itu ke tempatnya semula.
Akibat gempa tersebut, Candi Prambanan tutup untuk sementara dan jumlah wisatawan baik lokal maupun internasional menurun dengan cepat sehingga pendapatan devisa dari wisata pura berkurang. Namun, pada 2007 saat Candi Prambanan mulai dibuka untuk umum, wisatawan mulai berdatangan untuk melihat proses restorasi yang justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Pemulihan Candi Prambanan akibat dampak gempa Jogja berlangsung selama kurang lebih dua tahun, dari tahun 2007 sampai 2009. Sedikit disayangkan, Candi Siwa belum sepenuhnya dibuka untuk umum, karena bentuknya yang tidak sempurna. Karena struktur unik candi Siwa belum sempurna dan hilangnya dokumen gambar teknik candi Siwa selama perang dunia kedua, sehingga menyulitkan peneliti untuk menentukan di mana lokasi yang hilang atau struktur yang rusak. Untungnya pada tahun 2013, para ahli restorasi dunia telah sepakat untuk berkontribusi dan membantu pemulihan Kuil Siwa. Semoga proses restorasi ini berjalan lancar dan berhasil, sehingga kita bisa melihat kehebatan nenek moyang kita tadi.

Artikel Terkait

Mitologi Kosmos dan Candi Borobudur

Legenda Jawa kuno menceritakan zaman kuno, ketika pulau Jawa masih mengambang tanpa tujuan di samudra kosmis, para dewa merasa kasihan atas kesengsaraan penduduk mereka dan memutuskan untuk menempatkan […]

Borobudur di Masa Kolonial

Pada akhir abad ke-19, Presiden Masyarakat Arkeologi Yogyakarta, Isaac Groneman, mengambil lebih dalam konteks religius Borobudur. Ia percaya bahwa Borobudur adalah tempat suci umat Budha, namun ia membutuhkan […]

Alat Musik Kuno pada Sound of Borobudur 2016

Hal yang menarik pada Sound Of Borobudur adalah hadirnya mereplika alat musik dawai yg sama dengan gambaran dawai di relief Karmawibhangga Candi Borobudur. Replika alat musik dawai ini […]