Kertas Emas Ditemukan di Ratu Boko

August 25, 2017 / Artikel

Ada berbagai penemuan benda-benda arkeologi di bukit Ratu Boko. Benda-benda warisan bisa jadi atribut kerajaan yang ada di daerah di masa lalu, atau instrumen ajaran agama yang dilakukan di sana. Apapun wujudnya, relik ini merupakan cara yang bisa digunakan untuk membaca Keraton Ratu Boko di masa lalu.

Salah satu penemuan arkeologi penting di Ratu Boko adalah selembar kertas emas yang ditemukan pada tahun 1940an (tidak tahu kapan tanggal pastinya, data ini dicatat pada tahun 1950). Sepertinya tulisan ini sudah lama berlalu, tapi gambarnya tetap bertahan. Bentuknya menyerupai berlian oleh Sundberg (2003) yang diartikan sebagai vajra (dalam bahasa Sansekerta berarti petir atau berlian), simbol Indra dalam Hinduisme, dan dalam Buddhisme karakteristik Tuhan Buddhis dikenal sebagai Vajrapani.

Makalah ini berisi 4 salinan setiap mantra di setiap sisi berlian. Mantra memiliki kesamaan dengan mantra Buddhis lainnya yang ditemukan di beberapa tempat di Yogyakarta seperti Candi Abang. Selain itu, kertas emas juga ditulis dengan kata-kata Panarabwan dan Khanipas.

Tulisan yang terkandung di atas kertas emas mungkin berasal dari sekitar tahun 783 sampai 803 yang bisa dikatakan sebagai awal pembangunan monumen di Ratu Boko. Tulisan yang berbunyi Panarbwan mungkin adalah nama lain dari Raka yang berasal dari Panarban yang disebutkan dalam prasasti Wanua Tengah dari tahun 908 yang diangkat menjadi raja pada tahun 784. Kertas emas tersebut mungkin telah disimpan di dekat gerbang pada saat bersamaan dengan pembangunan biara Di pendopo Ratu Boko dilakukan oleh raja yang sama, Panarabwan. Dia mungkin orang yang sama disebutkan dalam prasasti lain dengan nama Samaratungga. Perubahan nama terjadi setelah dia mengikuti ajaran Sang Buddha.

Sundberg menyimpulkan bahwa mantra di Ratu Boko berasal dari tantra yoga yang menggambarkan bagaimana Trilokavijaya memaksa Siva mengenali Buddha yang lebih unggul darinya setelah dia dimasukkan ke dalam mandala oleh Buddha Vajrapani. Ini mungkin memberi penjelasan tentang hubungan antara beberapa anggota pengadilan yang hadir di Jawa pada saat itu, dan permusuhan antara mereka yang mengikuti agama Buddha dan mereka yang mengikuti agama Hindu.
Melalui penemuan kertas emas ini, sebuah usaha dapat dilakukan untuk membaca kehidupan religius dan politik Ratu Boko di masa lalu. Dengan cara yang sama, masa lalu Ratu Boko yang masih belum diketahui, sedikit demi sedikit, bisa dipahami lebih jauh.

#indonesia #indonesiatourism #borobudur #prambanan #ratuboko
#wonderfulindonesia #temple #unesco #buddhis #java

Artikel Terkait

Borobudur di Masa Kolonial

Pada akhir abad ke-19, Presiden Masyarakat Arkeologi Yogyakarta, Isaac Groneman, mengambil lebih dalam konteks religius Borobudur. Ia percaya bahwa Borobudur adalah tempat suci umat Budha, namun ia membutuhkan […]

Sendratari Prambanan dan Teknologi Sepanggung demi para Millennial

Lantai panggung terbuka di kawasan Candi Prambanan yang biasa dipakai mementaskan Sendratari Ramayana, Senin (10/10/2016) malam tiba-tiba retak. Patahan retakan mengular dari tengah panggung ke tepi-tepiannya. Suara retakan […]

TWC Customer Award 2015

Kerjasama selalu menjadi cara yang tepat untuk meningkatkan jumlah turis. Oleh karena itu, PT. TWC Borobudur, Prambanan & Ratu Boko membuat penghargaan yang diberi nama “TWC Customer Award […]